Salam sobat . . . kali ini saya akan mempostingkan sebuah artikel yang berjudul sengketa internasional antara israel dan palestina, langsung saja baca artikelnya, Cekidoottt . . .
Konflik antara Palestina dan Israel
telah berlangsung lama sejak tahun 1947. Pada masa itu tepatnya pada bulan Mei,
dilakukan pembagian wilayah antara Israel dan Palestina yang dilakukan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hasil dari pembagian wilayah adalah 54% dari
wilayah diserahkan untuk Israel sedangkan sisanya untuk Palestina yakni 46%.
Apabila ditinjau dari segi jumlah penduduk yang ada antara Israel dan
Palestina, prosentase masyarakat Israel yakni bangsa Yahudi hanya berkisar 31,5
% dari populasi yang ada. Hal inilah yang menimbulkan reaksi balik dari rakyat
Palestina yang memperjuangkan kemerdekaan di tanah mereka sendiri.
Sementara bangsa Yahudi menganggap
pembagian yang telah dilakukan itu tidaklah cukup. Mereka menginginkan wilayah
yang lebih luas. Sejak itulah terror yang meluas terhadap rakyat Palestina.
berlangsung. Pada tanggal 9 April 1948 dilancarkan pembantaian massal, serangan
yang dilakukan milisi Irqun dan sebanyak 259 penduduk tewas. Selanjutnya pada
tanggal 14 Mei 1948 bangsa Yahudi mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai
negara Israel. Tanah yang menjadi sengketa antara kedua bangsa merupakan koloni
dari Inggris setelah perang dunia I. bangsa Yahudi menginginkan negrinya
berdiri sendiri diatas tanah tersebut sementara di tanah tersebut juga didiami
bangsa Palestina. Populasi bangsa Yahudi saat itu hanya 56.000 sedangkan
Palestina mencapai satu juta.
Sengketa ini terus berjalan seiring
dengan tekanan yang dilakukan oleh penguasa Israel. Tentara Israel melakukan
penyerangan salah satunya adalah Ramallah, di kawasan Tepi Barat ,
Palestina. Israel mengawali blokade di Ramallah dengan mengirim anggota
Batalion Egoz. Tentara Israel memburu warga Palestina khususnya yang dianggap
sebagai teroris Kondisi seperti itu membuat warga dan petinggi pemerintah
Palestina meradang. Apalagi respon dunia khususnya Amerika Serikat sangat
lambat.
Bahkan hampir dapat dikatakan tidak ada
tindakan berarti untuk menyetop pendudukan di jantung Palestina. Di kota itu,
sejak tahun 1996, seiring ditariknya pasukan Israel otoritas Palestina di bawah
Arafat mengatur dan mengendalikan roda pemerintahan layaknya sebuah negara.
Kota ini dipilih sebelum ibu kota definitive Palestina yaitu Yerussalem
terwujud.Selain mengepung dan menyerang kota Ramallah pasukan Israel juga
melakukan serangan kilat ke Tepi Barat. Hanya dalam waktu kurang dari tiga
hari, Kota Jenin, Tulkarem, Betlehem Qalqilya dan Nablus di Tepi Barat secara
de facto berada dalam kontrol Israel.
Rakyat
Palestina yang merasa terusir dari daerah yang mereka diami selama ratusan
tahun tidak tinggal diam saja. Mereka terus melancarkan perang terhadap Israel
sehingga muncullah perang yang terjadi antara tahun 1948, 1967 dan tahun
1971. Perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kembali wilayahnya bergabung
dalam suatu organisasi yaitu PLO. September tahun 1982 terjadi pembantaian
besar-besaran atas pengungsi Palestina di kamp pengungsian Sabra dan Shatila
yang menewaskan 2700 pengungsi hanya dalam waktu 1 jam. Palestina sendiri
akhirnya membentuk milisi yang dikenal dengan Intifada.Perlawanan dari rakyat
Palestina bergulir sejak tahun 1987.
Israel
sendiri berusaha untuk meredam dengan upaya memberikan konsensi pada perjanjian
Oslo di tahun 1993 mengenai kesepakatan antara Israel dan Palestina yang akan
memberikan kesempatan kemerrdekan bagi bangsa Palestina telah dilanggar pada
tahun 1998. Harapan rakyat Palestina atas kemerdekaannya dengan berdirinya
Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan ibukota Yerusalem Timur ternyata
mengalami kegagalan karena perjanjian tersebut dianggar oleh Israel.Sebaliknya
dengan perjanjian tersebut semakin memperjelas kuatnya kontrol Israel atas
daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kebijakan apartheid yang membedakan waran dan
bersifat sangat diskriminatif diterapkan. Israel sendiri telah menguasai
perekonomian di daerah Tepi Barat baik tanah maupun sumberdaya alamnya, dengan
ditopang dengan kekuatan militer yang berfungsi untuk terus mengawasi rakyat
Palestina.
Perlawanan
Intifada bergolak pada akhir September 2001 setelah terjadiya bentrokan antara
Palestina dan Israel dipicu oleh kedatangan Ariel Sharon yang dianggap
bertanggungjawab atas pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan Shatila. Pada
bentrokan ini 7 orang Palestina tewas dalam Mesjid Al Aqsa. Sampai
saat ini konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel terus berlanjut
sementara berulang kali telah dilakukan perjanjian-perjanjian perdamaian antara
kedua belah pihak tetapi terus menerus mengalami kegagalan diakibatkan oleh
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
0 komentar:
Post a Comment